Di tahun 2007, saya pernah menulis artikel tentang kekurangan Linux yang sampai saat ini menjadi Top posting . Kali ini saya akan membahas tentang penyebab kegagalan Linux desktop dilihat dari sedikitnya user yang memakai Linux di Komputer ataupun notebook.

Tulisan ini muncul karena sampai saat ini penetrasi pengguna Linux desktop di dunia hanya sekitar 1%, ini artinya dari 100 penguna komputer hanya ada 1 orang yang memakai Linux, sungguh menyedihkan. Sebenarnya apa sih penyebab kegagalan ini, padahal Linux merajai sistem operasi server (RHEL,Ubuntu,SuSE) dan Mobile (Android) ?

berikut ini adalah analisa mengapa linux gagal didesktop. Catatan penting, ini adalah Opini pribadi saya sebagai pengguna Linux sejak tahun 2003 sampai sekarang beserta solusinya jika ada.  Penyebab ini secara umum di bagi menjadi dua, faktor Teknis dan non teknis.

Faktor Teknis

1. Terlalu banyak Pilihan Distro dan GUI

Ini adalah kesalahan fatal pertama di Linux. Bagi pengguna Linux veteran , ini merupakan kelebihan tersendiri, kita bisa memilih diantara ratusan distro dan puluhan GUI yang berbeda. Ingat, pengguna desktop umumnya adalah orang awam yang hanya ingin menggunakan Aplikasi office, Memutar music atau menonton Video. Banyaknya pilihan justru akan membuat bingung dan akhirnya tidak jadi memakai Linux.

Solusi untuk perkara ini tentunya harus ada kesepakatan antar pengembang, misal semua sepakat GUI desktop Linux adalah Gnome atau minimal “BERHENTI” membuat banyaknya distro baru yang tidak jelas arahnya, apalagi hanya distro yang sekedar menganti tampilan lalu menamainya menjadi distro baru.  Sekedar info, sampai tulisan ini ditulis adalebih dari 600 distro di dunia.

Note: saya tidak melarang siapapun membuat distro Linux. Sekedar saran , buatlah distro yang berkualitas dan mempunyai basis pengguna yang jelas.

2. Sedikitnya Aplikasi Killer

Jujur saja, di Linux ada 32 ribu lebih aplikasi (Lihat ubuntu sofware center), tapi aplikasi yang benar benar berkualitas bagi pengguna desktop bisa dihitung dengan jari. Sebut saja OpenOffice dan Firefox, sedang kebanyakan software lainnya hanya terlalu banyak menu tapi miskin fitur.

Note: ” Jika anda pengguna Ubuntu, sebagian besar aplikasi bawaan memang berkualitas, namun aplikasi lain yang tidak disertakan secara default cukup mengecewakan”.

3. Terlalu banyak Istilah dan nama Teknis

Jika dibanding Windows, Istilah teknis di linux mungkin 10x lebih banyak, Selain itu nama aplikasipun tidak enak dibaca dan tidak familiar di telinga pengguna. Saya sendiri heran mengapa para pengembang menggunakan nama nama aneh untuk aplikasi yang dibuatnya.

4. Hardware yang Tidak kompatibel

Jika anda pemakai Linux dari tahun 2000-an anda akan merasa begitu susahnya mendeteksi hardware di Linux, bahkan kadang sampai patch kernel dan kompilasi Kernel serta lebih banyak melakukan setting dengan Text ketimbang GUI. Sekarang sudah cukup  berbeda, Sebagain besar sudah dikenali, namun tetap saja banyak hardware yang belum dikenal, seandainnya bisa dipakai pun (misal VGA/Wireless Lan) performanya tidak sebagus di Windows.

Saya tahu ini bukan kesalahan dari para pengembang, namun lebih tepatnya para vendor hardware yang memandang sebelah mata OS Linux.

Faktor Non Teknis

1. Mitos Linux itu Susah

Ini adalah yang paling sering saya temui dilapangan. Mitos Linux itu susah sungguh susah dihilangkan. Boleh dikata ini bukan kesalahan para pengembang Linux. Kemungkinan ini adalah mitos yang dikembangkan oleh vendor propriatery seperti Microsoft. Selain itu, karena Linux datang dari dunia server maka Image susah dan tidak userfriendly ini terus melekat smpai sekarang bahkan ketika distro seperti ubuntu sudah sangat mudah dipakai.

Cara untuk menghilangkan mitos ini tentunya dengan Mendidik masyarakat. Bentuk nyatanya bisa dengan menulis buku, tutorial atau mengadakan event dan seminar tentang Linux.

2. Dukungan Pemerintah yang setengah setengah

Ini yang terjadi di indonesia, di Negara lain pun sebenarnya  tidak jauh berbeda. Pemerintah melalui berbagai programnya mendukung Linux hanya diawal, lebih tepat “Hangat hangat tai ayam”.  Anehnya lagi pemerintah justru bekerja sama dengan microsoft dan membeli produknya dalam jumlah besar.

3. Lemahnya Penegakan Hukum

Penegakan Hukum dalam hal ini adalah hukum tentang pembajakan masih sangat kurang diindonesia. Penegakannya juga sama dengan dukungan pemerintah kepada komunitas linux, hanya sekedar Hangat hangat tahi ayam. Seandainya pemerintah tegas membrantas pembajakan saya yakin pengguna Linux desktop akan naik mengingat pembajakan di negeri ini diatas 80%.

4. Anggapan bahwa Pengguna Hanya mengeluarkan Uang untuk Hardware

Ini adalah faktor keempat. Sebagian besar pengguna masih menganggap bahwa sofware itu tidak perlu bayar, padahal untuk sofware sendiri justru memakan biaya lebih besar ketimbang Sofware. Apalagi jika yang dipakai adalah komersial sofware seperti Windows, Photoshop atau CorelDraw. Sekali lagi, pendidikan sangat besar peranannya di sini.

Saya sendiri pesimis linux akan mendominasi pengguna desktop. Saya cenderung mendorong pemakain linux di Server atau mobile seperti android mengingat kedepannya, Trend desktop akan digantikan dengan Trend Web dimana aplikasi web menjadi dominan ketimbang Desktop.Sekali lagi ini pendapat pribadi, jika anda tidak sependapat silahkan berikan komentar.

By Candra Adi Putra

Candra Adi Putra S.Kom adalah Alumni STMIK AKAKOM Yogyakarta. hubungi saya di candraadiputra (at) gmail (dot) com

8 thoughts on “Penyebab Kegagalan Linux di Pasar Desktop”
  1. Setuju sekali dengan Anda… 5 tahun yang lalu saya tergila-gila dengan LINUX sewaktu kuliah. Setelah 2 tahun bekerja terutama pekerjaan saya adalah di bidang game, sangat terbatas sekali mengembangkan game dengan menggunakan OS Linux. Terasa lebih cepat, efisien dan efektif jika menggunakan OS Windows + Software pendukungnya (Photoshop, Flash, dll).

    Linux terlalu banyak distro yang malah membuat kekuatannya sedikit, utk desktop. Mending 1 atau 2 distro tapi kemampuannya lengkap dan luar biasa.

  2. Saya setuju… :lol: meskipun belum menggunakan linux.. jujur, binggung mas pilih yang mana, ditambah lagi, sekarang kok sepertinya banyak orang yang handal TI, tapi justru sifatnya sok hebat ya..?? padahal masih kuliah. ya semoga saja cuma di daerah saya saja.. amien.. Semoga Indonesia memiliki pakar-pakar TI yang hebat otaknya, hebat hatinya..

  3. saya setuju.. saya udah coba beberapa distro, tapi cari driver hardwarenya sangat sulit dan akhirnya saya kembali lagi ke windows

  4. saya setuju dengan poin2 di artikel anda..tp saya sampai hari ini masih memakai Linux Slackware tok, ga dual boot.. saya suka karena detectsi hardware tanpa install driver, software yg saya butuhkan sudah otamatis terinstall..
    mudah2an suatu saat nanti dunia opensource di Indonesia berkembang..Amiin
    thanks :)

  5. Sebelumnya saya ucapkan terimakasih kepada anda, karena artikel ini saya jadikan persentasi saya :).
    Pendapat anda memang sangat beralasan dan gampang dicerna oleh orang lain.
    Tapi Linux bukan hanya Desktop, Linux bukan hanya sistem operasi yang miskin fitur dengan nama aneh.
    Anda hanya terikat dengan satu konteks permasalahan saja, yaitu Linux. Dengan 1 kata kunci dan problematikanya saja, anda begitu gamblang menceritakan sosok OS Linux. Sesekali cobalah anda menilai linux secara filosofi. Bersama konteks Open Source, terjalin hubungan saling menguntungkan. Sebuah filosofi untuk mengembangkan perangkat lunak atas nama kebersamaan dan kebebasan (freedom) ("Ahmad Saiful Muhajir").
    Banyak sekali pihak yang diuntungkan dengan keberadaan linux (baca : http://ruslinux.blogspot.com/2010/12/siapa-yang-untung-jika-pengguna-linux.html).
    Salam Open Source :)

  6. Makasih mas masukannya
    mengutip "kebuah filosofi untuk mengembangkan perangkat lunak atas nama kebersamaan dan kebebasan "
    justru itu yang saya sudah sudah jenuh (DI INDONESIA) berapa banyak dari kita yang berkoar koar linux dan open source, namun bisa di hitung dengan jari orang Indonesia yang terlibat dengan proyek open source, padahal proyek open source ada ratusan ribu.
    coba untuk selanjutnya kita bareng bareng ngomong open source dengan bukti, misal , kita membuat sofware terus di lepas sebagai open source, wah saya akan sangat senang sekali

Leave a Reply to 16 September Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Discover more from CandraLab

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading