Indigo Incubator

Awal bulan maret 2015, saya mengikuti acara Roadshow Indigoincubator di Jogja Digital Valley. Inti dari acara ini adalah memperkenalkan ajang perlombaan untuk para anak muda yang kebanyakan mahasiswa serta komunitas IT di Yogyakarta untuk mengikutkan Ide dan karyanya dalam Indigoincubator 2015 yang disponsori oleh Telkom. Telkom tidak tanggung tanggung dalam ajang ini. Telkom menjanjikan 250 juta bagi startup yang punya nilai potensial dalam ide dan produknya.

 

Indigo Incubator
Indigo Incubator

Sebelum melanjutkan artikel ini, sebenarnya saya sudah pernah menulis artikel tentang “matinya start up lokal di Indonesia” terutama yang saya soroti adalah daftar startup yang ada di startuplokal.org. Di situ terdapat puluhan website “startup” di tulis di showcasenya. Jika kita mau mengacu pada definisi startup, tentunya tidak setiap yang ada di startuplokal.org benar benar startup.

Saya adalah orang yang cenderung pesimis jika saya ditawari hal hal yang WOW, misal hadiah 250 juta tadi, namun saya juga orang yang Optimis realistis. Artinya seperti ini, jangan karena ada hadiah 250 juta terus kita semangat luar biasa terus kalo ga dapat startupnya mati :) . Usahakan tetap membangun startup walaupun tidak menang sekalipun. itu baru namanya technopreneur.

Berikut inia dalah point point penting dalam pendirian startup yang saya dapat dari presentasi yang disampaikan oleh pihak penyelenggara.

  1. Ide dan Produk
  2. Founder /Pendiri startup
  3. Bisnis.

 

Ide dan Produk

Mungkin anda punya ide brilian yang belum pernah dibuat orang dan ide anda itu bermanfaat bagi orang lain? Aha, kenapa tidak implementasikan dalam sebuah layanan atau produk? Ide orisinil yang anda rasa bermanfaat bagi orang lain ini juga bisadijadikan bisnis. Misalkan aja nih, anda suka kuliner, terus anda ingin mendapatkan racikan bumbu di kuliner tadi cukup dengan mengambil fotonya. Ini misal saja. Bayangkan, saat anda makan di rumah makan mewah nan mahal, anda cukup jepret hidangan di meja dan Bingo, resep masakan langsung tampil di handphone anda.

Ide anda ini saya yakin juga banyak yang kepikiran seperti ini, terutama yang hobi masak. Bingo!  Dapat deh target usernya. Ini cuman misal aja loh. Sekarang bagaimana kalau anda tidak bisa membuat aplikasi tersebut karena anda bukan programer? Santai aja bro, itu mengapa kita perlu desainer dan programer yang bisa mengubah ide anda menjadi kenyataan.

 

Founder /Pendiri

Jika kita perhatikan sebuah perusahaan IT, merek minimal punya 3 bagian paling penting dalam perusahaan. Bagian bagian tersebut adalah bisnis, teknis dan desain. Maka sangat disarankan bahwa sebuah startup yang serius minimal punya 3 founder. Founder disarankan mewakili 3 aspek tadi yaitu Sisi bisnis (mungkin anak ekonomi bisnis cocok lah). Founder ini tidak perlu dari jurusan TI, asalkan dia tahu bagaiman sebuah perusahaan bekerja dan bagaimana “menguangkan” ide Startup.

Bagian kedua adalah orang teknis/hacker/programmer adalah orang yang tahu bagaimana mengimplementasikan sebuah ide kedalam sebuah produk atau service. Orang ini cenderung teknikal dan paham bagaimana sistem bekerja dan membuatnya jadi kenyataan. Orang teknis fokus pada fitur dari aplikasi atau layanan.

Orang ketiga adalah Desainer. Orang ini harus paham desain produk (web,UI/UX, mobile App) . Orang ketiga ini juga sangat disarankan punya jiwa seni (pendapat pribadi bro) sehingga tampilan produk menjadi lebih menarik bagi pengguna.

Saya masih ingat ucapan Wali kota bandung Bpk Ridwan kamil, Sekarang sudah ga jaman mau mengubah dunia sendirian. Sekarang saatnya kita bersama sama mengubah dunia. Kesimpulan disini, keseriusan dan kesuksesan StartUp bisa dilihat dari para pendiri startup ini.

Aspek Bisnis

Ketika kita punya ide dan produk, maka selanjutnya adalah mengkomersialkan produk tadi. Dari paparan pembicara di Indigoincubator, ada 3 cara yang paling umum di lakukan para technopreneur yaitu

1. Iklan, ini adalah bentuk paling dasar dari bisnis. produk atau layanan ini biasanya berformat Website atau Game.

2. Bayar . Model seperti ini adalah dengan meminta user membayar aplikasi atau layanan tersebut. Model seperti ini sudah mulai ditinggalkan namun masih cocok untuk di indonesia.

3.  Subscribe, ini yang lagi trend. User diminta berlangganan dengan biaya murah dan biaya bisa dibayarkan perbulan atau pertahun. Model seperti ini sedang ramai ramainya. Model ini sebenarnya juga bukan model baru, contoh bisnis seperti ini adalah Webhosting.

Jika keuntungan ingin optimal kombinasikan 3 cara tadi, mengkombinasikan cara diatas itu sering disebut dengan Freemium. Ada yang free tapi layanan /produk terebut beriklan atau model subsribe yang tanpa iklan.

jadi kesimpulannya Ide, founder dan bisnis harus ada kalau anda mau serius mengembangkan ide anda. Satu lagi yang penting, kalau motivasinya cuman ikut lomba biar menang, atau motivasinya hanya sekedar “ngisi waktu luang” sepertinya sih startup itu ga bakal sukses. Tapi ini cuman pendapat pribadi loh ya. Saya cuma percaya bahwa keseriusan dan ketekunan itu yang membuat kita berhasil, biasanya yang gagal itu kalao baru sampai ide aja udah mimpi dapat funding jutaan dolar. Ga usah lah mikir jutaan dolar, startup bisa jalan dan kita bisa makan dari usaha itu aja bagi saya sudah sukses BESAR. itu mengingat saya orangnya optimis realistis. sekali lagi, ga usah muluk muluk lah, biar jatuhnya ga sakit!

By Candra Adi Putra

Candra Adi Putra S.Kom adalah Alumni STMIK AKAKOM Yogyakarta. hubungi saya di candraadiputra (at) gmail (dot) com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Discover more from CandraLab

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading